Menurut Yunarto, Prabowo semakin jarang turun ke tengah-tengah masyarakat. Dia juga semakin alpa memberikan kritik terhadap kebijakan ataupun program pemerintah.
Jakarta, kliktrend.com - Wakil ketua umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, kader dan simpatisan partai Gerindra tetap solid mendukung ketua umum Prabowo Subianto sebagai calon presiden (Capres) pada tahun 2019 mendatang. Hal itu disampaikan kepada wartawan di kalibata, Minggu, 25 /02/ 2018.
"Kita semua kader, simpatisan dan yang distruktur akan mendukung Pak Prabowo sebagai calon Presiden. Kalau cpares sudah pasti pak Prabowo itu 100 persen, tidak bisa ditawar, kecuali Cawapres," tegas Fadli Zon.
Menurut Fadli, terkait Cawapres, banyak nama -nama yang beredar di masyarakat. Ada Gubernur DKI Anies Baswedan, mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo dan Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB).
Partai akan mengudang teman-teman koalisi membahas terkait Capres termasuk dengan nama yang akan dibahas. "Pasti (mengundang), tapi ada waktunya. Tenang aja masih cukup panjang," tambah Fadli.
Fadli juga menjelaskan, Gerinda mencari waktu yang tepat untuk mengumumkan Capres dan cawapresnya. Walaupun partai sudah komitmen untuk tetap mengusung ketua Umum sebagai Capres. Seluruh kekuatan partai di daerah tetap melakukan konsolidasi untuk kepentingan pencalonan Prabowo dan pasangannya.
"Kami akan lakukan konslidasi nansional dulu pada bulan Maret atau awal April, nanti baru kemudian setelah itu akan kita liat siapa yang layak mendampingi Pak Prabowo," kata Fadli.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yubarto Wijaya, mempunyai pendapat berbeda soal Prabowo. Dia mengatakan, sudah saatnya Ketua Umum Gerindra tersebut untuk berpikir melahirkan orang yang menjadi penantang Jokowi dalam pemilihan presiden yang akan datang.
Prabowo harus bisa melahirkan sosok baru yang menjadi rival terkuat dari Presdien yang sedangf berkuasa, misalnya Anies Baswedwan atau Gatot Nurmantyo. "Dia sebaiknya mulai berpikir menjadi King Maker saja dengan mengajukan nama lain untuk menjadi capres", ujar Winarto sat dihubungi Republika (25/2).
Pengamat politik tersebut menambahkan, elektabiltas Jokowi yang terus menguat, membuat Prabowo akan kalah bersaing dalam pilpres mendatang. Apalagi PDIP secara resmi mendukung Jokowi sebagai Capres periode 2019 - 2024 dalam Rakernas 111 di Sanur, Bali , Jumat (23/02).
"Sepertinya prabowo sendiri sepertinya sulit untuk bisa bersaing dengan Jokowi. Karena tingkat kepuasan publik ke Jokowi bisa dikatakan sudah stabil di angka sekitar 70 persen dan itu angka yang cukup aman untuk incumbent (pejawat) untuk menang kembali." tegasnya.
Menurut Yunarto, Prabowo semakin jarang turun ke tengah-tengah masyarakat. Dia juga semakin alpa memberikan kritik terhadap kebijakan ataupun program pemerintah yang nilai kurang memberikan berpihak kepada masyarakat. Yang sering tampil memberikan krtik adalah Dua wakil ketua DPR yaitu Fadli Zon dan Fahri Hamzah.
"Padahal Prabowo sendiri adalah sosok opisisi. Bahkan, dia dianggap bukan hanya sebagai pemimpin opisis, tetapi dianggap lawan terberat Jokowi. Jadi kalau beliau tidak sering muncul, peluangnya akan semakin berat," ujar Yunarto.* (Marsi Edon)
"Kita semua kader, simpatisan dan yang distruktur akan mendukung Pak Prabowo sebagai calon Presiden. Kalau cpares sudah pasti pak Prabowo itu 100 persen, tidak bisa ditawar, kecuali Cawapres," tegas Fadli Zon.
Menurut Fadli, terkait Cawapres, banyak nama -nama yang beredar di masyarakat. Ada Gubernur DKI Anies Baswedan, mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo dan Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB).
Partai akan mengudang teman-teman koalisi membahas terkait Capres termasuk dengan nama yang akan dibahas. "Pasti (mengundang), tapi ada waktunya. Tenang aja masih cukup panjang," tambah Fadli.
Fadli juga menjelaskan, Gerinda mencari waktu yang tepat untuk mengumumkan Capres dan cawapresnya. Walaupun partai sudah komitmen untuk tetap mengusung ketua Umum sebagai Capres. Seluruh kekuatan partai di daerah tetap melakukan konsolidasi untuk kepentingan pencalonan Prabowo dan pasangannya.
"Kami akan lakukan konslidasi nansional dulu pada bulan Maret atau awal April, nanti baru kemudian setelah itu akan kita liat siapa yang layak mendampingi Pak Prabowo," kata Fadli.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yubarto Wijaya, mempunyai pendapat berbeda soal Prabowo. Dia mengatakan, sudah saatnya Ketua Umum Gerindra tersebut untuk berpikir melahirkan orang yang menjadi penantang Jokowi dalam pemilihan presiden yang akan datang.
Prabowo harus bisa melahirkan sosok baru yang menjadi rival terkuat dari Presdien yang sedangf berkuasa, misalnya Anies Baswedwan atau Gatot Nurmantyo. "Dia sebaiknya mulai berpikir menjadi King Maker saja dengan mengajukan nama lain untuk menjadi capres", ujar Winarto sat dihubungi Republika (25/2).
Pengamat politik tersebut menambahkan, elektabiltas Jokowi yang terus menguat, membuat Prabowo akan kalah bersaing dalam pilpres mendatang. Apalagi PDIP secara resmi mendukung Jokowi sebagai Capres periode 2019 - 2024 dalam Rakernas 111 di Sanur, Bali , Jumat (23/02).
"Sepertinya prabowo sendiri sepertinya sulit untuk bisa bersaing dengan Jokowi. Karena tingkat kepuasan publik ke Jokowi bisa dikatakan sudah stabil di angka sekitar 70 persen dan itu angka yang cukup aman untuk incumbent (pejawat) untuk menang kembali." tegasnya.
Menurut Yunarto, Prabowo semakin jarang turun ke tengah-tengah masyarakat. Dia juga semakin alpa memberikan kritik terhadap kebijakan ataupun program pemerintah yang nilai kurang memberikan berpihak kepada masyarakat. Yang sering tampil memberikan krtik adalah Dua wakil ketua DPR yaitu Fadli Zon dan Fahri Hamzah.
"Padahal Prabowo sendiri adalah sosok opisisi. Bahkan, dia dianggap bukan hanya sebagai pemimpin opisis, tetapi dianggap lawan terberat Jokowi. Jadi kalau beliau tidak sering muncul, peluangnya akan semakin berat," ujar Yunarto.* (Marsi Edon)
KOMENTAR