Saat ingin lari dari masalah, simak enam cara ampuh yang dapat dilakukan agar Anda dapat berani menghadapinya.
Trend Lifestyle - Siapa pun pernah didera rasa bersalah. Di saat seperti itu, bukankah energi dan waktu Anda seolah habis tersita? Bukan cuma itu. Sebagian kenikmatan yang menjadi hak dan bagian hidup Anda seakan terampas.
Kenyenyakan tidur Anda jadi terganggu. Yang lebih menjengkelkan, Anda dipaksa berada dalam situasi serba salah dan tak enak, hingga nyaris tanpa semangat. Jika hal demikian yang Anda alami, cobalah luangkan waktu sejenak untuk introspeksi.
Apa yang sebenarnya terjadi? Anda merasa bersalah karena tak dapat berada di semua tempat yang Anda inginkan pada saat bersamaan? Kalau itu yang Anda impikan, tentu saja mustahil Anda wujudkan!
Viral: 5 Tips Mengelola Perasaan Cemburu Terhadap Pasangan
Anda tak perlu merasa bersalah karena harus membuat prioritas hingga harus menomorduakan atau bahkan menomorsekiankan urusan yang satu dibanding urusan lainnya. Harus diakui kadangkala memang ada saat-saat tertentu di mana rasa bersalah bisa dibenarkan. Saat Anda tak menepati janji, contohnya.
Agar Anda tak dibuat sengsara oleh rasa bersalah. Berikut ini ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan.
1. Jangan Lari dari Kenyataan
Ilustrasi - Ist. |
Jadi Anda tak perlu mogok dan mengurung diri atau memutuskan silaturahmi dengan teman-teman hanya karena masalah yang adai. Jika Anda tak kuasa menggilasnya, biarkan saja rasa bersalah itu tetap hidup dalam benak Anda. Tapi yakinkan diri bahwa Anda sudah berusaha memperbaiki keadaan
Masalahnya akan berbeda bila Anda menjadikan "lupa" sebagai alasan klise sekaligus tameng untuk menghindari tanggung jawab Anda. Semisal lalai menyelesaikan tugas dalam kerja kelompok hingga ada banyak pihak yang merasa dirugikan.
Bila demikian, atasi masalah secepat mungkin. Tentu saja dengan menyelesaikan tugas yang memang sudah menjadi tanggung jawab Anda. Sekaligus meminta maaf dan berjanji untuk tidak membuat kesalahan serupa di lain waktu. Jangan malah mencari jalan putar dan mengulur-ulur waktu untuk menghindari mereka.
2. Tak Perlu Menyesali Diri
Ilustrasi - Ist. |
Kalau menurut Anda itu memang jawaban terbaik untuk saat itu, lantas mengapa harus merasa bersalah? Sadarilah, apa yang Anda lakukan bukan merupakan suatu bentuk kesalahan. Anda toh hanya menyesali diri mengapa tak mampu berbuat lebih untuk orang lain.
Karena, bukankah sebetulnya Anda teramat ingin membantu orang lain? Bukan cuma mengumpulkan uang, terjun langsung membantu korban kecelakaan pun oke-oke saja. Bahkan kalau perlu ikut dalam program penyelamatan terumbu karang!
Anda mungkin bisa menyelesaikan semua tugas, tapi tidak mungkin kan menanganinya sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Jadi dalam kasus-kasus seperti demikian, prioritas memang mutlak ada. Hingga ketidakmampuan Anda bukan merupakan kesalahan. Anda toh sudah berbuat kebajikan bagi orang lain sebatas kemampuan Anda.
Yang patut dingat, rasa bersalah muncul bila kita merasa "menyimpang" dari kebiasaan selama ini. Nah, kalau Anda ternyata selalu mengatakan "Tidak" pada setiap permintaan bantuan, kali ini mulai lakukan hal sebaliknya. Sedikit atau banyak, itu bukan masalah. Bila perlu siapkan saja amplop berisi bantuan dana Anda tadi.
3. Jangan Mudah Terperangkap
Ilustrasi - Ist. |
Jadi, berhentilah merasa bersalah sebelum rasa bersalah itu menguasai diri Anda. Dan yang perlu Anda ingat, ada hal positif sekaligus menguntungkan bila Anda berani mengatakan "Tidak". Salah satunya, Anda masih punya kesempatan untuk mengubah pikiran atau keputusan Anda sesaat kemudian.
Contohnya, "Maaf saya tidak bisa melakukannya sekarang. Bisakah menunggu beberapa hari lagi? Atau adakah hal lain yang bisa saya bantu?" Dengan demikian Anda bisa tetap melakukan apa yang bisa Anda lakukan tanpa harus merasa tak berdaya lantaran dibebani rasa bersalah.
4. Waspadai si Mulut Manis
Ilustrasi - Ist. |
Adakah seseorang dalam hidup Anda yang dengan cara tersendiri terus-menerus berusaha membuat Anda merasa bersalah? Pernahkah Anda menyadari hal ini?
Tak perlu merasa bersalah untuk mewaspadai siapa pun. Karena mungkin saja orang yang ingin "memanfaatkan" Anda justru teman, orang tua, saudara, atau bahkan pasangan hidup Anda sendiri.
Cobalah bersikap terbuka. Bila perlu tuliskan dalam sebuah daftar apa saja Anda harapkan dari mereka dan apa saja yang bisa Anda perbuat untuk mereka. Dengan menarik benang merahnya, Anda bisa menegaskan pada mereka agar tidak menaruh harapan di luar kemampuan Anda.
5. Tidak Dilarang Mengeluh
Ilustrasi - Ist. |
Atasan Anda mungkin tidak ingin lagi mendengar alasan atau keluhan mengenai kecerobohan dan kelambanan Anda yang sempat mengacaukan sistem kerja kelompok.
Cobalah diskusikan hal ini dengan teman yang kompeten, kakak, atau suami Anda. Jangan tersinggung atau takut bila mereka ikut-ikutan mempersalahkan Anda. Kondisi semacam ini seharusnya Anda jadikan pecut untuk memperbaiki diri.
Jadi, jangan malah menambah masalah. Masukan dari mereka seharusnya memberi inspirasi tersendiri pada Anda untuk mencari solusi. Hingga Anda akan lebih tenang menghadapi masalah yang muncul sekaligus memperkecil rasa bersalah.
6. Jangan Mudah Terpancing
Ilustrasi - Ist. |
Akan tetapi, tegas ahli, rasa bersalah hanya akan muncul dan menguasai Anda jika Anda memang membiarkannya muncul dan menguasai kehidupan Anda. Jadi, jika Anda menduga ada orang yang tengah berusaha memanipulasi Anda, hadapi saja dengan pertanyaan sederhana.
"Anda tengah memancing saya agar merasa bersalah?" Katakan sambil senyum. Niscaya Anda tidak akan mudah merasa bersalah dan orang lain pun tidak akan gampang memanipulasi rasa bersalah Anda.*
KOMENTAR