Pola-pola didikan orangtua yang keliru menjadi faktor penyebab utama mengapa anak tidak merasa percaya diri.
Tips Viral - Kalau Anda mengira, untuk menumbuhkan harga diri dan rasa percaya diri, ia boleh bebas bertindak dan berperilaku seenak nya, maka Anda keliru. Membebaskan anak dari aturan bukanlah langkah efektif untuk membina harga dirinya.
Bagaimanapun, ia hidup bersama-sama orang lain yang juga memiliki tuntutan kebutuhannya sendiri. Banyak orang tua lupa bahwa kepekaan dan pengakuan terhadap peraturan justru memberikan kebebasan dan perasaan aman. Bagaimana bisa demikian?
Aturan dan Konsekuensi
Aturan yang jelas dan berlaku konsisten akan membuat anak tahu benar menegakkan batas sampai di mana ia boleh bebas melakukan sesuatu dan kapan ia harus berhenti. Karena itu, buatlah aturan yang masih tetap memberi peluang bagi anak untuk "bergerak."Bandingkanlah antara, "Kamu tidak boleh main sepeda di luar rumah" dengan "Kamu boleh main sepeda di jalanan depan rumah, tapi jangan ke jalan raya, karena di sana mobil berjalan dua arah dengan kecepatan tinggi dan membingungkanmu." Beda, bukan?
Yang pertama, hampir pasti akan dilanggar anak. Mana enak, sih, main sepeda di halaman sendiri? Tetapi yang kedua, memberi batas ke mana ia boleh bermain sepeda. Bila ia melanggarnya, ia harus dihukum.
Jangan lupa bahwa perilakunya yang dibahas dan dikenakan hukuman, bukan karena ia jelek, selalu melawan, atau tidak sayang pada Mama! Nyatakan dan jelaskan pada anak, konsekuensi dari tindakannya, dan mengapa anak lalu harus dihukum.
Kebanyakan orang tua menganggap, bicara seperti ini hanya membuang waktu. Tetapi bila direnungkan dengan seksama, hasilnya jauh lebih efektif katimbang sekadar melarang saja lalu besok dibuat lagi.
Sama sekali bukanlah hal yang sia-sia percuma membuang 10 sampai 15 menit membahas masalah ini dengan anak agar ia tak melakukan hal yang sama di masa datang.
Viral: Cara Ampuh Mengatasi Anak yang Sulit Makan
Belajar Cara Memperbaiki Diri
![]() |
Ilustrasi - Ist. |
Tetapi bila ini dijadikan "modal" untuk menutup pembicaraan, dengan segera anak akan sampai pada kesimpulan bahwa tak ada gunanya bertanya pada Papa.
Padahal, salah satu cara untuk membuat anak jadi kaya akan informasi adalah justru dengan membuatnya bertanya. Banyaknya pengetahuan akan membuat rasa percaya diri anak berkembang subur.
Selain itu, karena bertanya membutuhkan keberanian, dengan makin tingginya tingkat rasa percaya diri anak, makin besar pula kemungkinannya untuk bertanya.
Di sini, orang tua harus bijak untuk mengenali mana pertanyaan yang sungguh-sungguh, dengan pertanyaan yang sesungguhnya diajukan untuk menantang otoritas orang tua. Cara paling jitu adalah dengan meneladani anak menanyakan pertanyaan yang memang benar-benar membutuhkan jawaban.
Bertanya "Memangnya, siapa kamu pikir yang berkuasa di rumah ini? Kamu atau Mama?" jelas merupakan contoh dari pertanyaan yang mengedepankan otoritas.
Pertanyaan seperti itu sebaiknya tidak dibudayakan karena hanya akan membuat anak terpicu untuk menentang dan mempertunjukkan perilaku yang justru menantang orang tuanya.
Ajukanlah pertanyaan sejenis ini, "Aduh, kalau macet begini, jalan mana yang harus Mama ambil, ya? Mobil antar jemputmu biasanya mengambil rute apa sih?" Anakpun tentunya akan dengan senang hati menjadi "co-pilot" ibunya.
Viral: Tips Ampuh Untuk Mendorong Anak Agar Rajin Belajar
Mengolah Perasaan Ditolak
![]() |
Ilustrasi - Ist. |
Adalah juga hal yang sulit kita terima, ketika kita mendapati anak kita ditolak oleh kawan-kawannya. Tetapi bila orang tua mengatakan, "Sini, main saja dengan Mama", maka anak tak akan belajar mengembangkan kebutuhan untuk peduli, apa sebenarnya yang harus ia perbaiki dari dirinya, agar bisa diterima temannya.
Keluarga masa kini lebih banyak yang memiliki anak dalam jumlah sedikit, sehingga pengalaman "berbagi"nya tidaklah seperti ketika kita kecil dulu.
Kadang, hal ini membuat anak tidak belajar untuk menunda keinginannya, untuk memahami bahwa orang lain juga memiliki keinginan yang sama dengan dirinya. Kalau ia terus-menerus dilindungi, ia tak akan pernah belajar memahami, bagaimana teman-temannya menilai dirinya.
Ketika tak diberi giliran main ayunan misalnya, katakan bahwa ia bukan tak diinginkan, tapi perlu menunggu giliran. Dan kalau memang nyata anak kita membuat kesalahan atau berperilaku kurang "manis," ajar dia untuk meminta maaf.
Seperti halnya ketika orang tua memisahkan perilaku yang harus dihukum dengan diri si anak sebagai pembuat kesalahan. Di dalam menghadapi penolakan, anak juga perlu tahu memisahkan penolakan yang berhubungan dengan sesuatu yang dilakukannya, dengan siapa dirinya.
Jadi, bukan dirinya yang ditolak, tapi yang ditolak adalah apa yang ia lakukan. Begitupun bila ia gagal. Harus dipisahkan antara kegagalan performanya, dengan kegagalannya sebagai anak Anda.
Ini akan membantu anak mengembangkan cara menghadapi penolakan sekaligus membantunya mempertahankan harga dirinya bila diserang.
Bahwa ia ditolak bukan karena ia tak berharga, tapi karena memang tidak semua orang memiliki selera, kesukaan, atau gaya bergaul yang sama dengannya. Belajar mengenali perbedaan dan kemudian menghormatinya akan mengurangi kemungkinan anak ditolak lingkungan.
Viral: Meningkatkan Harga Diri dan Rasa Percaya Diri Anak
Berikan Penjelasan dan Pengertian
![]() |
Ilustrasi - Ist. |
Ambil contoh kejadian yang umum terjadi di restoran siap saji. Seorang anak menangis tersedu-sedu sambil menghabiskan makanan yang dipesannya. Sementara, si Ibu dengan melototkan matanya berkata "Ayo, tanggung jawab! Kalau pesan, habiskan!"
Bagaimana mungkin anak berusia sekitar 5 tahun menghabiskan makanan untuk porsi orang dewasa? Seseorang hanya bisa dituntut bertanggung jawab bila ia tahu dengan persis apa yang ia lakukan serta konsekuensi yang menyertainya. Demikian pula halnya dengan seorang anak.
Alangkah bijaknya kalau sesaat sebelum memesan, si anak diajak melihat seberapa besar potongan gorengan ayam itu. Setelahnya ia diberi pengertian, kira-kira berapa potong yang akan membuatnya kenyang.
Dengan persiapan ini, anak akan belajar mengukur "kekuatan" makannya dan tidak mengumbar nafsunya pula. Lebih penting lagi, ia tidak dipermalukan ibunya di tempat umum dengan mata yang melotot tadi.
Tak ada cara yang lebih efektif daripada mempermalukan anak di depan umum, bila orang tua memang ingin mencukur habis harga diri anaknya.
Viral: 5 Persiapan Wajib Sebelum Bicara di Depan Umum
Meminta Maaf dan Mengakui Kesalahan
![]() |
Ilustrasi - Ist. |
Selalu saja ada saat di mana orang tua mengecewakan, atau bahkan menyakiti hati anaknya. Mintalah maaf dan biarkan anak tahu bahwa kita menyesal telah melakukan sesuatu yang membuatnya merasa kecewa, sakit hati, atau bahkan menderita karenanya.
Dengan meminta maaf, anak akan belajar bahwa ini bukanlah tanda dari kelemahan melainkan justru pertanda dari kekuatan. Dengan demikian, anak dapat belajar bahwa kehormatan dan harga diri tidak hilang karena meminta maaf.
Justru dengan berpura-pura tidak tahu bahwa kita salah, kita sudah tidak menghormati diri kita lagi, dan terutama orang yang kita kecewakan tadi.
Dalam keterbatasan kemampuannya berekspresi, anak sering menjadi marah atau membisu. Jangan naik darah bila mendapati hal ini, mulailah dengan menunjukkan pengertian Anda dan kemudian perlahan-lahan menggali apa yang ia rasakan.
Membenarkan diri sendiri, menyerang atau malah mengajak berdebat, jelas hanya akan memberi pelajaran pada anak bahwa kalau seseorang itu lebih kuat, lebih dewasa dan lebih berpengaruh, ia boleh bertindak sewenang-wenang.
Hal itu justru hanya akan menumbuhkan keinginan memakai "power" semata di masa dewasanya, dan bukannya malah memperlakukan orang secara terhormat.
Bila Anda sebagai orang tua sudah bisa sampai ke tahapan ini, mau meminta maaf dengan ikhlas ketika membuat anak kecewa, yakinlah bahwa Anda sudah menyumbang banyak sekali "acuan" bagi pengembangan harga diri anak.
Karena, seseorang hanya bisa menjadi kuat, kalau ia tahu dan mau mengakui kelemahannya.*
KOMENTAR